Ternyata Putra Indonesia Pernah Ikut Berjihad dan Syahid Membela Palestina. Siapa Sajakah Mereka?

Table of Contents


Indonesia pernah mengutus putera bangsanya untuk berjihad di Palestina. Setelah Nahdlatoel Oelama (NU) merilis dukungannya terhadap perjuangan rakyat Palestina dalam melawan agresi penjajah teroris Israel pada 1937, Muhammadiyah melalui salah satu majalah underbownya cabang Betawi "Pantjaran Amal" No.21/Th.III, 10 November 1938 melaporkan bahwa ada tiga orang warga Hindia Belanda yang ikut berjihad di sisi Palestina.

Seorang wartawan perang berkebangsaan Amerika Serikat, Abdul Karim Mc. Donald, beliau adalah seorang Muslim, mengisahkan kesaksiannya kepada koresponden harian "Pemandangan" di Kairo bernama Tengku Di Lamyong.

Menurut Mc. Donald, di front Trans Jordan saat pecah perang Arab-Israel ia bertemu dan berkenalan dengan tiga orang Indonesia yang menjadi mujahidin di Palestina. Ketiga orang tersebut bernama Sapulete, Salimin dan Soeltan Ibrahim.

Sebagai wartawan perang, Mc. Donald menyaksikan sendiri pada suatu hari di bulan September 1938, ketiga orang itu syahid terkena ledakan mortir. Seorang diantaranya syahid di tempat dan dua lainnya di rumah sakit.

Keterlibatn ketiga orang Indonesia dalam perang tersebut bukan hal yang aneh, karena berbagai bangsa banyak mengirim muhajir sebagai 'kontingen' untuk berjihad di Palestina.

Semoga Alloh merahmati para Syuhada yang syahid di Palestina.

Sumber :
Fakta dan Data Yahudi di Indonesia karya Ridwan Saidi dan Rizki Ridyasmara.

Ilustrasi foto : cover majalah Pantjaran Amal edisi 25 Januari 1938 No.2 Th.III


Jangan lupa dan jangan pernah bosan. Teruslah kita melangitkan doa untuk para pejuang di Palestina dan untuk pembebasan Palestina dari penjajahan Zionis Israel. 

Juga jangan lupa, terus melangitkan doa untuk 6 Syuhada Pengawal Ulama. Mereka disergap di tengah jalan oleh orang-orang yang anti dengan syariat Islam dan sangat membenci aktivitas Amar Ma'ruf dan Nahyi Munkar, atas perintah iblis laknatullah 'alaih. Lalu diculik, kemudian disiksa sampai mati. 

Setelah tewas, mereka difitnah habis-habisan dengan keji untuk kemudian direkayasa pengadilan dagelan. Kasus ini dikenal sebagai Tragedi KM50.

Assalamu'alaa manittaba'al huda.

Sekian. Terima kasih sudah berkunjung ke blog kami ini. 

Posting Komentar